Diciptakan oleh: Ar. Hamah Sagrim, ST
Pendahuluan
Paper ini mendiskusikan tentang konsep-konsep teoritis baru yang menjadi dasar
pijakkan bagi para ilmuwan dalam mengembangkan arsitektural, oleh karena itu sangatlah miskin jika tak ada gagasan kelahiran teori baru bilamana tak ada pemikir dan ilmuwan yang meluangkan waktunya untuk melakukan penyusunan-penyusunan dan hipotesis untuk memperoleh konsep dan idea baru dalam perumusan-perumusan baru yang dijadikan sebagai teori sentral. Arsitektur merupakan sesuatu yang kompleks karena mewadahi sistem nilai si pemilik, arsitektur sebagai simbol kewibawaan si pemilik, arsitektur sebagai simbok kehormatan, kejayaan, dan sejarah sebuah bangsa, semua itu diatur dalam teorinya sendiri-sendiri yang membentuk suatu keutuhan arsitektur. oleh karenanya sebagai ilmuwan dituntut dan menjadi kewajiban untuk selalu mengembangkan ilmu dan teori yang lebih sempurna dan menyentuh langsung pada pengembangan suatu ciptaan yang baru, seperti pengantar membentuk arsitektur dari bentuk tradisional ke bentuk moderen dengan mempertahankan syle, nilai, proporsi, aliran, venusitas, dan intensitasnya.
pijakkan bagi para ilmuwan dalam mengembangkan arsitektural, oleh karena itu sangatlah miskin jika tak ada gagasan kelahiran teori baru bilamana tak ada pemikir dan ilmuwan yang meluangkan waktunya untuk melakukan penyusunan-penyusunan dan hipotesis untuk memperoleh konsep dan idea baru dalam perumusan-perumusan baru yang dijadikan sebagai teori sentral. Arsitektur merupakan sesuatu yang kompleks karena mewadahi sistem nilai si pemilik, arsitektur sebagai simbol kewibawaan si pemilik, arsitektur sebagai simbok kehormatan, kejayaan, dan sejarah sebuah bangsa, semua itu diatur dalam teorinya sendiri-sendiri yang membentuk suatu keutuhan arsitektur. oleh karenanya sebagai ilmuwan dituntut dan menjadi kewajiban untuk selalu mengembangkan ilmu dan teori yang lebih sempurna dan menyentuh langsung pada pengembangan suatu ciptaan yang baru, seperti pengantar membentuk arsitektur dari bentuk tradisional ke bentuk moderen dengan mempertahankan syle, nilai, proporsi, aliran, venusitas, dan intensitasnya.
Saya coba mendefinisikan metoda baru dengan mengembangkan rumusan-rumusan konsep yang disajikan sebagai teori-teori baru yang diharapkan memperkaya pengetahuan tentang arsitektur.
Kata Kunci: Teori dan Arsitektur
A. Rumusan Baru Teori Arsitektur
Banyak teori yang lahir dari pemikiran ilmuwan arsitektur, akan tetapi tidak sebatas itu dan pasti akan banyak teori baru yang lahir, karena arsitektur merupakan bagian daripada perilaku manusia yang fenomenal, sehingga sudah pasti akan semakin banyak pengalaman manusia yang didapati dalam fenomena kehidupan berarsitektur, dan fenomena kehidupan berarsitektur itu akan disusun secara ilmiah menjadi teori baru tentang arsitektur yang lahir dikemudian hari nanti sesuai dengan situasi dan kebutuhan. Menurut kami, arsitektur merupakan intepretasi akal sadar manusia tentang kenyamanan, filosofis, simbolis, dan nilai. Manusia mulai menciptakan arsitektur baginya sebagai tempat bernaung dan beraktifitas yang memberikan kenyamanan. Dalam berbagai macam persepsi tentang arsitektur, kami melihat arsitektur menurut pandangan lain bahwa, arsitektur itu tergolong sebagai sesuatu yang rasional dan Empiris. Berangkat dari kedua pandangan ini sehingga kami coba membuat spekulasi Teori menurut pemikiran Rasionalisme dan Empirisme menjadi Teori Rasionansi Arsitektur dan Teori Empirisme Arsitektur dalam mempelajari Arsitektur. Kedua Teori yang dispekulasi tersebut, memiliki pandangan yang sesuai untuk dipergunakan sebagai bagian daripada teori arsitektur. Kedua Teori spekulasi ini, berpandangan bahwa, arsitektur sebagai tempat atau ruang bernilai yang diciptakan bagi ketenangan, kenyamanan, dan strategis, Menurut konsep pemikiran Rasionansi Arsitektur. Sedangkan Empirisme Arsitektur berpandangan bahwa, Pemikiran tentang arsitektur tidak dibawa oleh manusia semenjak lahir, melainkan melalui proses hidup sebagai pengalaman yang fenomenal. Kita akan melihat uraian kedua Teori Spekulatif ini secara bersama.
2. Empirisme Arsitektur.
Empirisme Arsitektur. Merupakan suatu teori baru yang diusulkan sebagai aliran dalam pemikiran berarsitektur. Teori ini menganut pemikiran Empiris, yang menyatakan bahwa, semua pengetahuan tentang arsitektur itu berasal dari pengalaman manusia. Pemikiran tentang arsitektur tidak dibawa oleh manusia semenjak lahir, melainkan melalui proses hidup (permagangan) sebagai pengalaman. Dengan pemikiran demikian, maka predikat nama daripada Teori ini disebut Teori Empirisme Arsitektur.
Berangkat dari Spekulasi pemikiran empirisme, sehingga muncullah teori Empirisme Arsitektur ini. Teori Empirisme Arsitektur berpendapat bahwa, manusia ketika melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan arsitektur, mereka terlebih dahulu mendapatkan inspirasi dari hidup sebagai suatu pengalaman yang mendorong pemikiran mereka untuk berencana, bergerak, mendesain, dan membuktikan semua rencana itu secara nyata. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, arsitektur merupakan sesuatu yang lahir dari pengalaman empirik. Inilah aliran utama dalam pemikiran Teori Empirisme Arsitektur yang coba kami ketengahkan dari spekulasi teori Empirisme untuk dijadikan sebagai sebuah teori dalam berarsitektur.Walaupun kelihatannya pemikiran kedua Teori ini sebagai spekulasi Teori, namun keduanya memiliki nilai aksiomatika, yang mana terdapat arah pemikiran dan pandangan penting dalam memaknai dan membaca serta mempelajari arsitektur secara beralasan dan logis. Disadari bahwa, betapa pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktik. Kita tidak boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Menurut Kami: "Praktik dan teori adalah Pangkal arsitektur. Bukti arsitektur sebagai hasil elaborasi pemikiran dan kreasi. Didalam berpikir dan berkreasi, pasti muncul pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kreasi, pertanyaan-pertanyaan itu lalu dijawab oleh pemikiran. Ketika persoalan itu dapat diselesaikan, maka merupakan suatu pengalaman dalam berkreasi. Dengan demikian maka pemikiran tersebut akan tetap dipertahankan sebagai jalan atau pola utama dalam berkreasi. Pemikiran ini akhirnya dijadikan sebagai suatu teori. Dengan demikian bahwa, arsitektur atau segala perilaku dan kreasi manusia, merupakan hasil dari teori dan praktik. Tanpa teori praktik tidak berjalan dengan sempurna, begitupun sebaliknya bahwa tanpa praktik, teori tidak berguna. Praktik adalah tindak lanjut daripada khayalan, Rencana, Rancangan, Angan-angan, yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pekerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi suatu kreasi bentuk dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi suatu kreasi menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktik, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan".
Konsepsional saya bahwa sebuah Ilmu lahir dari teori, dan sebuah teori lahir dari pengalaman yang disusun secara ilmiah untuk dipelajari. Semua itu merupakan sistem pengetahuan. Keragaman Persepsi Tentang Arsitektur
Arsitektur merupakan kata yang familiar bagi masyarakat. Namun apakah masyarakat paham apa yang disebut arsitektur? Dan sejauh mana pemahaman mereka mengenai arsitektur? Pertanyaan-pertanyaan tesebut memang bukan pertanyaan yang mudah untuk dijawab. Tulisan ini pun tidak akan benar-benar menjawab semua hal tersebut. Tulisan ini akan lebih banyak membahas mengenai perbedaan pandangan yang ada di masyarakat mengenai pemahaman mereka tentang arsitektur. Sebelum sampai ke pembahasan mengenai arsitektur itu sendiri, saya akan sedikit membahas mengenai asal mula arsitektur. Asal mula arsitektur dapat dipahami dengan baik bila orang memilih pandangan yang lebih luas dan meninjau faktor-faktor sosial budaya, dalam arti seluas-luasnya, lebih penting dari iklim, teknologi, bahan-bahan dan ekonomi (Catanese & Snyder, 1991). Rapoport (dalam Catanese & Snyder, 1991) juga mengungkapkan bahwa arsitektur bermula sebagai tempat bernaung. Menurut kami, perlu ditambahkan bahwa arsitektur bukan sekedar membicarakan seni membangun, tetapi arsitektur membicarakan sistem nilai. Asal mula arsitektur menurut kami, lahir atas dasar keperluan, dan keperluan itu muncul karena mempunyai nilai sehingga semakin lama semakin dipertahankan dan dikembangkan. Kebanyakan anggapan di masyarakat bahwa arsitektur adalah sesuatu yang berhubungan dengan bangunan sebagai tempat tinggal, namun bagi kami, arsitektur juga sebagai sesuatu yang memiliki predikat nilai. Sebagai contoh Bangunan Ibadah, bukan sekedar dimaknai sebagai wadah perkumpulan orang beriman, tetapi dimaknai sebagai tempat suci, tempat pertemuan manusia dengan Tuhan, bangunan Sakral. Oleh karena itu, sebenarnya arsitektur tidak terbatas pada bangunannya, akan tetapi makna, nilai, dan simbol-simbol dan ornament ikut memberikan pengaruh besar. Rapoport (dalam Catanese dan Snyder, 1991) mengungkapkan bahwa arsitektur telah ada sebelum arsitek pertama, yang biasa dianggap sebagai perancang piramida berbentuk tangga di Mesir. Dari penjelasannya dapat diambil kesimpulan bahwa pada awalnya arsitektur memang lebih terkait kepada bangunan, terutama bangunan untuk tempat tinggal yang masih banyak dipengaruhi oleh adat, sehingga pembuatannya banyak memasukkan unsur adat. Kemudian dengan semakin majunya zaman, maka hasil karya arsitektur semakin bermacam-macam bentuknya. Dan cakupannya pun semakin lebih luas, tidak hanya pada bangunan saja. Pendefinisian mengenai arsitektur pun akhirnya semakin kompleks. Menurut kami, permulaan membangun sebenarnya dilakukan oleh pencipta alam semesta ketika menciptakan langit dan Bumi. Dan sang arsiteknya adalah Allah sang pencipta langit dan bumi itu sendiri. Menurut kami, Bapak arsitek pertama adalah Allah pencipta langit dan bumi. Manusia adalah penerima ilham darinya. Dalam mendefinisikan arsitektur, memang bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Sudah banyak buku yang membahas mengenai topik tersebut dan sudah banyak pula perdebatan yang dilakukan untuk membahasnya, tetapi tidak ada satu pun yang dapat menjawab dengan pasti what is architecture? Hal tersebut disebabkan karena begitu kompleksnya arsitektur. Berikut ini beberapa definisi mengenai architectur dari beberapa acuan: Berdasarkan kamus, kata arsitektur (architecture), berarti seni dan ilmu membangun bangunan. Menurut asal kata yang membentuknya, yaitu Archi = kepala, dan techton = tukang, maka architecture adalah karya kepala tukang. Arsitektur dapat pula diartikan sebagai suatu pengungkapan hasrat ke dalam suatu media yang mengandung keindahan. Menurut kami, kata arsitektur mempunyai pengertian lain dengan dua kata yang tidak begitu berbeda pula, yaitu: arch = Seni. Esensi lain yang tersirat dalam makna Seni adalah; Budaya, Filosofi, Makna, Kaidah dan Nilai. dan techture = Warna. Esensi lain yang tersirat pada makna Warna adalah; Fariasi, Aliran, Bentuk, Makna, Nilai dan wujud. Menurut O’Gorman (1997) dalam ABC of Architecture, arsitektur lebih dari sekedar suatu pelindung. Arsitektur bisa jadi merupakan suatu wujud seni, namun memiliki perbedaan, yaitu arsitektur menggunakan seni sebagai sesuatu yang penting untuk digunakan sebagai interior. Menurut Le Corbusier: ”architecture is the masterly, correct and magnificient play of masses seen in light. Architecture with a capital A was an emotional and aesthetic experience”. Beberapa definisi arsitektur di atas menunjukkan bahwa ada banyak pendapat yang berbeda mengenai pengertian arsitektur. Pendefinisian itu bukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang berkecimpung di bidang arsitektur saja. Masyarakat awam yang mengalami hasil dari arsitektur itu pun memiliki pemahaman sendiri mengenai arsitektur. Pada masyarakat awam, mereka lebih memahami arsitektur sebagai sesuatu yang berhubungan dengan merancang bangunan. Oleh karena itu seringkali mereka mengaitkan arsitektur dengan bangunan dan tempat tinggal. Sebenarnya pemahaman mereka tidak salah, hanya saja masih belum tepat, karena arsitektur mencakup banyak hal tidak hanya merancang bangunan. Dan arsitektur pun dapat dimanifestasikan dalam berbagai hal, seperti arsitektur sebagai sebuah simbol, arsitektur sebagai sebuah ruang, arsitektur sebagai suatu nilai dan sebagainya. Akan sulit memang bagi mereka untuk dapat memahami arsitektur dengan benar-benar tepat, karena seperti yang saya ungkapkan pada paragraf sebelumnya, arsitektur merupakan sesuatu yang kompleks. Bahkan bagi orang-orang yang berkecimpung di bidang arsitektur pun belum tentu dapat mendefinisikan arsitektur dengan tepat, meskipun mungkin mereka sudah lama berkecimpung di bidang tersebut. Bagi orang yang berkecimpung di bidang arsitektur umumnya pemahaman mereka mengenai arsitektur berbeda dengan masyarakat awam. Mereka pun umumnya lebih dapat memandang arsitektur secara luas dan lebih terbuka. Banyak dari mereka yang berpendapat bahwa arsitektur merupakan bagian dari kehidupan, yang mencakup segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan dekat dengan manusia. Konsep tersebut lebih dikenal sebagai konsep Architectural Everyday. Dan karena arsitektur berhubungan dengan yang ada di sekitar dan dekat dengan kehidupan manusia, maka arsitektur berhubungan pula dengan ruang dan perasaan. Oleh karena itu arsitektur tidak selalu hanya bangunan, apa pun bisa saja merupakan suatu bentuk arsitektur, contohnya musik. Mungkin bagi masyarakat awam akan herang bila mendengar hal tersebut. Mereka mungkin akan bertanya, ”mengapa musik bisa menjadi bagian dari arsitektur?” Untuk menjawab hal tersebut, Rasmussen (1964) dalam Experiencing Architecture mengemukakan bahwa arsitektur bukan hanya yang dapat dilihat dan diraba saja, yang didengar dan dirasa pun merupakan bagian dari arsitektur. Melalui pendengaran kita dapat menggambarkan sesuatu yang berhubungan dengan bentuk dan material. Pendengaran pun dapat mempengaruhi perasaan seseorang. Pada musik, di dalamnya ada irama yang dapat membawa suasana hati seseorang. Dan dengan mendengarkan irama tersebut muncul interpretasi yang mungkin akan berbeda antara orang yang satu dengan yang lain. Interpretasi itu secara tidak langsung akan mengarah ke suatu kualitas ruang. Meskipun hasil interpretasi tersebut bersifat maya, namun jika sudah dapat menginterpretasikan sebuah kualitas ruang , berarti sebenarnya secara tidak sadar kita sudah membentuk sebuah ruang di alam bawah sadar kita. Hal itu sama seperti arsitektur pada bangunan yang real, yang di dalamnya ada ruang dan memiliki kualitas ruang. Maka dari itu musik juga merupakan bagian dari arsitektur. Selain musik, masih banyak hal lain di sekitar kita yang merupakan bagian dari arsitektur, baik yang sifatnya maya maupun nyata. Namun Paul Shepheard (1999), mengungkapkan bahwa architecture is not everything, Ia mengatakan, “So when I say architecture is not everything. I mean that there are other things in life and simultaneously. I mean that there are things that are not architecture, but which fit round it so closely that they help to show it is“. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa di sekitar kita ada yang merupakan arsitektur ada pula yang bukan. Dan keduanya berada bersamaan, sehingga seringkali kita sulit untuk membedakan antara keduanya. Contohnya rambu lalu lintas berupa penunjuk jalan. Apakah itu bentuk arsitektur atau bukan? Tentu akan ada perbedaan pendapat mengenai hal tersebut, karena memang tidak ada ketentuan khusus dan pasti antara keduanya. Pada masyarakat awam, umumnya mereka menganggap rambu tersebut bukan bentuk arsitektur. Namun tidak menutup kemungkinan orang-orang yang berkecimpung di bidang arsitektur pun ada yang berpendapat demikian. Mereka umumya menganggap bahwa rambu yang merupakan sebuah tanda hanyalah berarti sebagai sebuah tanda biasa. Namun, bagi beberapa orang lain mereka tidak setuju dengan pendapat tersebut. Menurut mereka tanda merupakan bagian dari arsitektur, maka dari itu disebut sebagai bentuk arsitektur. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Derrida pembahasannya mengenai deconstruction, yang lebih menyangkut pembahasan mengenai text. Menurutnya, text (tanda) bukan merupakan instansi independen, setiap tanda menunjuk pada tanda-tanda lain. Dan keberadaan tanda berhubungan dengan ada dan hadirnya sesuatu. Dalam konteks ini, tanda tersebut adalah rambu yang menunjuk kepada keberadaaan yang lain, yang akhirnya akan membentuk suatu jaringan. Dan hal tersebut merupakan bagian dari arsitektur, karena dalam arsitektur pun tidak ada sesuatu yang bisa berdiri sendiri, semuanya saling berhubungan, bahkan dapat membentuk sebuah jaringan. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, arsitektur berhubungan dengan sesuatu yang ada di sekitar manusia dan erat kaitannya dengan kehidupan manusia, baik maya maupun nyata. Dan terkadang, kita sulit untuk dapat membedakannya. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur tidak bisa dilepaskan dengan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Wigglesworth dan Till (1998), “issue of Architectural Design attempts to capture the fragility of that distorted reflection, where image and reality blur”. Lebih lanjut Wigglesworth dan Till juga mengungkapkan : “we explicitly acknowledge the everyday as a productive context for the making, occupation, and criticism of architecture”. Sesuatu yang merupakan suatu bentuk arsitektur pun bisa jadi merupakan sesuatu yang tidak kita sadari, tapi dekat dengan kehidupan kita, contohnya mengenai ugly and beauty. Banyak diantara kita yang menganggap kedua hal tersebut sebagai suatu keadaan yang memang ada dalam kehidupan, tapi bukan sebagai bentuk arsitektur. Ternyata pandangan mereka salah, kedua hal tersebut merupakan bagian dari arsitektur, tepatnya lebih kepada sense. Meskipun kedua hal tersebut sifatnya relatif, namun dalam arsitektur rasa akan sesuatu sangat penting artinya. Terutama bila hal tersebut berhubungan dengan sesuatu yang akan dihasilkan oleh seorang arsitek. Dari semua pembahasan di atas menunjukkan bahwa arsitektur merupakan sesuatu yang kompleks, mulai dari asal mulanya sampai dengan definisinya. Dan dalam arsitektur subjektifitas memang menjadi sesuatu yang sering terjadi. Bahkan dalam pendefinisian mengenai arsitektur itu sendiri pun pandangan subjektif dari tiap orang menjadi penting, maka dari itu sulit untuk dapat benar-benar mendefinsikan arsitektur. Dan seperti yang sudah dijelaskan juga, arsitektur memang memiliki keterkaitan yang cukup kuat dengan kehidupan manusia. Dan hal tersebut jarang disadari oleh kita, sehingga wajar jika banyak yang beranggapan bahwa arsitektur hanya sekedar merancang bangunan, sementara di luar itu bukan merupakan bentuk arsitektur. Oleh karena itu kita perlu berpandangan terbuka jika ingin memahami arsitektur dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar