Kamis, 11 Februari 2021

ARSITEKTUR POST MODEREN, ARSITEKTUR NEOMODEREN DAN ARSITEKTUR REGIONALISME DALAM PEMAJUAN ARSITEKTUR INDONESIA KHUSUS DI PAPUA

 Oleh: Ar. HAMAH SAGRIM, ST

Konsep Arsitektur Moderen K'Wiyon 
Didesain oleh Hamah Sagrim


A.   ARSITEKTUR POST MODEREN
Awal Lahirnya Postmoderen Pada tahun 1960-an merupakan titik balik dari jatuhnya Arsitektur Moderen. Pada era moderen tersebut timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang monotis karena pada dasarnya arsitektur moderen berkesan monoton (kebanyakan bangunan tersebut berbentuk kotak-kotak). Oleh karenanya, maka lahirlah aliran baru yaitu aliran postmoderen.
Postmoderen, Sebelum memahami apa itu arsitektur postmoderen sebaiknya kita pahami dulu pengertian dari postmoderen itu sendiri. Postmoderen adalah Paradox, sesudah sekarang. Yang kemudian, sesudah segala waktu. Keinginan hidup di luar.  Pengikat waktu lampau, sekarang, akan datang. Lanjutan moderen dan turunannya.
Arsitektur Postmoderen. Arsitektur Postmoderen adalah:  Menembus batas, melewati spesies. Meninjau masa lalu”. Meninjau masa datang dengan ironi Arsitektur yang menyatukan seni dan ilmu.
Koreksi dari kesalahan arsitektur moderen. Arsitektur yang melepaskan diri dari aturan moderenisme. Anak dari arsitektur moderen. Regionalisme yang mengganti internasionalisme. Representasi fiksional yang menggantikan bentuk geometris. Representasi fiksional untuk menunjukkan eksklusivitas bangunan dalam istilah fungsi dan bekerja dalam seni bangunan.
Bukan simbol dari mesin dan konstruksi sebagai bagian dari proses arsitektur, namun terdiri dari semua tanda terdekat dari desain yang berurutan. Keindahan dan estetika menggantikan teknologi, menggambarkan dunia imajinasi lebih untuk membawa kepada dunia baru yang lebih berani.
Berusaha mengembalikan ingatan masa lalu , mengeksploitasi sejarah untuk menimbulkan efek-efek yang lebih menarik.
Dapat melihat bangunan lebih relatif dengan aspek sejarah, regional, serta memberikan penghargaan yang lebih pada lingkungan. Menyangkal referensi sendiri yang dapat menemukan style dari moderen.  Membangun cita rasa keindahan baru yang jauh dari realitas hidup, fiksi lebih baik dari fungsionalitas. Secara garis besar era arsitektur postmoderen dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu:
1.    Arsitektur Purna moderen.
2.    Arsitektur Pasca moderen, dibagi menjadi:
-          Late moderen.
-          Neomoderen.
-          Dekonstruksi.
 Ciri-ciri arsitektur postmoderen adalah:
-          Berdasar seni dan ilmu.
-          Mempunyai makna (simbolik).
-          Eklektikisme (campuran).
-          Plural.
-          Proses komunikasi /bahasa.
-          Me-lokal.
-          Ruangan dan bentuk membentuk arsitektur.
1.   Ajaran pada Arsitektur Postmodern
Menurut Charles A. Jencks ada 6 Ajaran tentang perkembangan arsitektur yang menyimpang dari fungsionalisme yaitu:
-          Historiscism
Merupakan aliran yang ingin tetap memunculkan komponen bangunan dari komponen klasik.
-          Straight Revivalism
Aliran ini sulit menghilangkan langgam yang sudah ada di masyarakat sejak lama seperti renaissance, gothic, islamic.
-          Neo Vernacular
Produk bangunan ini tidak menerapkan prinsip bangunan vernakular dengan murni, melainkan menampilkan karya baru (mengutamakan penampilan visual).
-          Urbanist
Mempunyai 2 ciri khusus yaitu:
a.     Ad-hoc
Penambahan komponen baru pada proses pengembangan perancangan tanpa memikirkan posisi dan lokasi yang tepat.
b.     Kontekstual
Berusaha melayani aspirasi ideal masyarakat, desainnya mengitari lingkungan sekitar.
-          Metaphor
Desain mengambil bentuk alam yang fungsional. Berupa referensi yang tersamar.
-          Postmoderen Space 
Bentuk Arsitektur berdasarkan konteksualisasi arsitekturalnya


Difokuskan pada rancangan spatial interpenetration, di mana dua atau lebih ruang dapat digabung secara overlap dan saling bertemu. Aliran ini mencoba mendefinisikan ruang lebih dari sekedar ruang abstrak dan menghasilkan arti ganda, keanekaragaman dan kejutan. Menurut Robert A.M. Stern makna yang terkandung dalam arsitektur postmoderen adalah:

a.    Kontekstualism
Desain bangunan dibuat dengan desain bangunan lingkungan sekitarnya, misal dalam bentuk warna dan ukuran.
b.    Allusionism
Desain arsitektural yang memasukkan unsur sejarah arsitekturnya. Misal sejarah bangunan lama dilibatkan dalam desain bangunan baru.
   Sekilas Tentang Arsitektur Post Moderen
a.   Pengertian Post Moderen
Postmoderen bisa dimengerti sebagai filsafat, pola berpikir, pokok berpikir, dasar berpikir, ide, gagasan, teori. Masing-masing mengherangkan bila ada yang menggelarkan pengertian sendiri tentang dan mengenai Postmoderen, dan karena itu tidaklah mengherangkan bila ada yang mengatakan bahwa postmoderen itu berarti ‘sehabis moderen’ (moderen sudah usai); ‘setelah moderen’ (moderen masih berlanjut tapi tidak lagi populer dan dominan); atau yang mengartikan sebagai ‘kelanjutan moderen’ (moderen masih berlangsung terus, tetapi dengan melakukan penyesuaian/adaptasi dengan perkembangan dan pembaruan yang terjadi di masa kini).
b.   Interpretasi Arsitektur Post Moderen
Arsitektur Postmoderen tidak dapat dipisahkan dengan Arsitektur Moderen karena Arsitektur Post Moderen merupakan :
a)    Kelanjutan Arsitektur Moderen
b)   Reaksi terhadap Arsitektur Moderen
c)    Koreksi terhadap Arsitektur Moderen
d)   Gerakan melengkapi dari apa yang masih belum terpenuhi dalam arsitektur moderen
e)     Menyodorkan alternatif sehingga arsitektur tidak hanya satu jalur saja
f)     Memberi kesempatan untuk menangani arsitektur dari kemungkinan-kemungkinan, pendekatan-pendekatan dan alternatif-alternatif yang lebih luas dan bebas. Dengan demikian mempelajari arsitektur Post Moderen tidak bisa tanpa melalui Arsitektur Moderen karena Arsitektur Post Moderen merupakan langkah atau tindak lanjut terhadap evaluasi yang dilakukan mengenai arsitektur Moderen. Arsitektur Post Moderen merupakan arsitektur yang telah melakukan feedback/umpan balik terhadap Arsitektur Moderen.
c.    Pokok-pokok pikiran arsitektur post moderen
Pokok-pokok pikiran yang dipakai arsitek Post Moderen yang tampak dari ciri-ciri di atas berbeda dengan Moderen. Di sini akan disebutkan tiga perbedaan penting itu.
1.    Tidak memakai semboyan Form Follows Function.
Arsitektur posmo mendefinisikan arsitektur sebagai sebuah bahasa dan oleh karena itu arsitektur tidak mewadahi melainkan mengkomunikasikan.
2.    Fungsi (bukan sebagai aktivitas atau apa yang dikerjakan oleh manusia terhadap arsitektur).
Yang dimaksud dengan ‘fungsi’ di sini bukanlah ‘aktivitas’, bukan pula ‘apa yang dikerjakan/dilakukan oleh manusia terhadap arsitektur’ (keduanya diangkat sebagai pengertian tentang ‘fungsi’ yang lazim digunakan dalam arsitektur moderen). Dalam arsitektur posmo yang dimaksud fungsi adalah peran dan kemampuan arsitektur untuk mempengaruhi dan melayani manusia, yang disebut manusia bukan hanya pengertian manusia hanya pengertian manusia sebagai makhluk yang berpikir, bekerja melakukan kegiatan, tetapi sebagai manusia sebagai makhluk yang berpikir, bekerja, memiliki perasaan dan emosi, makhluk yang punya mimpi dan ambisi, memiliki nostalgia dan memori. Manusia bukan manusia sebagai makhluk biologis tetapi manusia sebagai pribadi.
Dalam posmo, perancangan dimulai dengan melakukan analisa fungsi arsitektur, yaitu: Aritektur mempunyai fungsi memberi perlindungan kepada manusia (baik melindungi nyawa maupun harta, mulai nyamuk sampai bom).
 Arsitektur memberikan perasaan aman, nyaman, nikmat
 Arsitektur mempunayi fungsi untuk menyediakan dirinya dipakai manusia untuk berbagai keperluan . Arsitektur berfungsi untuk menyandarkan manusia akan budayanya akan masa silamnya. Arsitektur memberi kesempatan pada manusia untuk bermimpi dan berkhayal. Arsitektur memberi gambaran dan kenyataan yang sejujur-jujurnya.
3.     Bentuk dan Ruang
Di dalam posmo, bentuk dan ruang adalah komponen dasar yang tidak harus berhubungan satu menyebabkan yang lain (sebab akibat), keduanya menjadi 2 komponen yang mandiri, sendiri-sendiri, merdeka, sehingga bisa dihubungkan atau tidak. Yang jelas bentuk memang berbeda secara substansial, mendasar dari ruang.
Ciri pokok dari bentuk adalah ‘ada dan nyata/ terlihat/ teraba’, sedangkan ruang mempunyai ciri khas’ ada dan tak terlihat/ tak nyata’. Kedua ciri ini kemudian menjadi tugas arsitek untuk mewujudkannya.
d.   Konsep arsitektur post-moderen
Arsitektur post-moderen merupakan arsitektur yang berbeda pandangan serta konsepnya terhadap arsitektur sebelumnya, yaitu Arsitektur moderen. Arsitektur moderen mempunyai pandangan atau idiologi yang anti terhadap sejarah, identitas atau pengenal, dan anti manusia sebagai elemen desain dalam arsitektur. Sebaliknya, Arsitektur Post-moderen berusaha memunculkan kembali karakteristik sejarah, yang dilengkapi dengan jati diri atau identitas dan berusaha memperlihatkan ciri arsitektur yang dekoratif serta elemen-elemen tambahan guna lebih mengesankan keindahan arsitektur tersebut.
Arsitektur Post-modern banyak mengambil langgam-langgam arsitektur lama, karena menganut pemahaman bahwa Arsitektur post-moderen merupakan bagian dari perjalanan sejarah manusia atau berhubungan dengan seni (art history). Gaya yang dipakai biasanya adalah langgam arsitektur Yunani sampai dengan Neo-klasik. Langgam-langgam yang selalu dihadirkan dalam perancangan arsitektur post-moderen selalu bervariasi.

B.   ARSITEKTUR NEOMODEREN
Bermula dari runtuhnya arsitektur moderen terakhir yang disebut juga “International Style”, arsitektur postmoderen terus berkembang menjadi banyak aliran. Diantaranya yaitu aliran Neo Moderen.
Aliran Neo Moderen muncul pada masa antara tahun 1980 seiring dengan perkembangan jaman sejak dinyatakannya kematian arsitektur moderen (1975) dan kemudian ditandai munculnya bangunan-bangunan baru postmoderen. Neo Moderen juga berkembang bersamaan dengan aliran Dekonstruksi dimana arsitek-arsitek besar  pada masa itu seperti Frank Gehry, Peter Eisenman, Rem Koolhaas, Bernard Tschumi, Zaha Hadid, Fumihiko Maki, Kazuo Shinoara, dan lain-lain yang menghasilkan karya-karya Neo Moderen dan Dekonstruksi. Karya-karya arsitektur Neomoderen sangat bertentangan dengan sifat klasik (clasissicism).  Ciri-ciri yang mendasar pada bangunan-bangunan Neomoderen yaitu :
1.    Memiliki konsep yang spesifik seperti bangunan-bangunan postmoderen aliran lainnya pada umumnya. Dapat bersifat abstrak tetapi juga merepresentasikan sesuatu, tidak hanya sebagai istilasi dari suatu bentukan tertentu.
2.    Masih memperlihatkan kejelasan struktur dan sainsnya dengan ide-ide yang inovatif, beralasan dan masuk akal.
3.    Pertimbangan yang sangat mendasar terhadap karakter bangunan dengan tetap memperhatikan segi manusia yang menggunakannya.
4.    Pada umumnya merupakan pengembangan / lanjutan dari bentukan-bentukan sederhana melalui konsep-konsep dan rekayasa baik secara karakter bangunan maupun fungsi struktur serta sains dengan pemikiran yang mendalam.
5.    Keseragaman dan keserasian pada facade bangunan lebih diutamakan dengan penggunaan bahan dan warna terkadang bersifat monoton namun inovatif.
6.    Memadukan unsur-unsur yang berkesan mungkin dan yang tidak mungkin.
Ciri-ciri diatas merupakan ciri-ciri umum yang dapat terlihat secara visual dari bangunan Neomoderen. Untuk mengungkapkannya, para arsitek Neomoderen memanfaatkan bentuk, penggunaan material dan warna serta struktur dan teknologi yang membuat Neomoderen berkembang juga menjadi beberapa aliran seperti Plastism, Suprematism, High-tech dan lain-lain.
Dalam aliran Plastism, banyak digunakan bentukan-bentukan yang berkesan fleksibel dengan banyak kurva serta lengkung. Bentukan yang fleksibel ini membuat bangunan lebih dinamis dan memiliki karakter. Bentukan tersebut tidak selalu bersifat struktural, seringkali bersifat dekoratif namun menyatu dengan bangunan dan bukan sekedar “tempelan” baik secara fasade maupun interior bangunan caranya dengan menggunakan warna dan material bangunan yang inovatif. Intinya aliran Plastism berusaha mengemukakan ide melalui bentukan-bentukan yang tidak umum dari sebuah bangunan.
Aliran Suprematism mengutamakan perekayasaan bentuk dari bentukan yang umum. Dari arti kata “suprematis” sendiri yaitu melawan hal-hal yang bersifat lampau dan natural, aliran ini berusaha mengiterpretasikannya kedalam bangunan dengan merekayasa segala hal yang bersifat umum pada bangunan. Misalnya dinding, kolom bahkan lantai yang miring. Istilah disposisi merupakan hal yang wajar dalam aliran Suprematism dalam mengemukakan ide dan konsep. Namun aliran ini memusatkan perhatian pada bangunan dari segi konsep bentukan yang mengarah pada karakter bangunan tanpa mempertimbangkan fungsi secara mendalam. Sense of art sangat terlihat dalam bangunan-bangunan karya aliran Neomoderen-suprematism.
Aliran High-tech biasanya menggunakan struktur yang ekstrim untuk “memaksakan” bentuk yang sesuai dengan konsep/ide. Namun dalam hal ini juga dipertimbangkan fungsi secara sains yang menunjang kenyamanan manusia penggunanya. Aliran-aliran dalam Neomoderen sebenarnya tidak baku karena setiap arsitek dalam mengemukakan idenya berbeda-beda, namun tujuan dan pemikiran dasar dapat dikategorikan dalam Neomoderen.
Anti-Postmoderen, Anti-Clasisisme, Anti-Disneyland, Anti-Deniel, juga Neo-Classic/Classicisme. Kadang mengembangkan postmoderen dan late moderen sebagai perbendaharaan abstrak. Gehry telah mengembangkan ruang Postmoderen dari Charles Moore serta Late moderen sebagai perbendaharaan absrak dari karya-karyanya. Gehry juga menyimpulkan argumentasi-argumentasi mengenai Postmoderen yang dianut oleh Charles Jenks, Charles Moore, Michael Grraves tetapi tidak menganutnya.

C.   ARSITEKTUR REGIONALISME
1.   Konsep dan prinsip rancangan pemikiran para arsitek terhadap arsitektur regionalime
Secara geografis, setiap wilayah/region memiliki ciri kedaerahan yang berbeda-beda, bergantung pada budaya setempat, iklim dan teknologi yang ada. Karenanya, setiap arsitek di berbagai daerah di seluruh dunia pun memiliki pemikiran tersendiri atas sebuah teori regionalisme. Regionalisme bukan sebuah gaya, melainkan sebuah aliran pemikiran tentang arsitektur.
a.   William Curtis
Seorang sejarahwan Willian Curtis melihat Regionalisme dalam arsitektur sebagai respon alami terhadap hegemoni Barat yang berusaha menciptakan suatu arsitektur yang lunak dan mirip (serupa) didalam pengembangan pusat-pusat urban (kota) yang sangat cepat di Dunia Ketiga. William Curtis yang merefleksikan jalan pemikiran ini, mencatat bahwa disana ada momentum pertemuan suasana hati yang menolak reproduksi yang fasih menurut formula internasional dan yang sekarang mencari kontinuitas di dalam tradisi lokal.
b.   Rapoport
Rapoport menyatakan bahwa Regionalisme meliputi “berbagai tingkat daerah” dan “kekhasan”, dia menyatakan bahwa secara tidak langsung identitas yang diakui dalam hal kualitas dan keunikan membuatnya berbeda dari daerah lain. Hal ini memungkinkan mengapa arsitektur Regional sering diidentifikasikan dengan Vernakuler, yang berarti sebuah kombinasi antara arsitektur lokal dan tradisional ( asli ).
c.    Frampton
Dalam bukunya Modern Architecture and the Critical Present, 1982 ) Regionalisme tidak bermaksud menunjukkan Vernakuler sebagai suatu hasil hubungan interaksi iklim, budaya, dan hasil karya manusia, akan tetapi lebih pada mengidentifikasikan Regional yang tujuannya telah dihadirkan kembali dan disediakan dalam jumlah tertentu. Regionalisme tertentu, pendefinisiannya pada hasil eksplisit atau implisit antara masyarakat dan pernyataan arsitektural, maka antara kondisi awal ekspresi regional tidak hanya kemakmuran lokal tetapi juga rasa yang kuat akan identitas. 
d.    Peter Buchanan
Dalam bukunya The Architectural Review, Mei 1983 ) Regionalisme adalah kesadaran diri yang terus menerus, atau pencapaian kembali, dari identitas formal atau simbolik. Berdasar atas situasi khusus dan budaya lokal mistik, regionalisme merupakan gaya bahasa menuju kekuatan rasional dan umum arsitektur modern. Seperti budaya lokal itu sendiri regionalisme lebih sedikit diperhatikan dengan hasil secara abstrak dan rasional. Dan lebih dengan penambahan fisik, lebih dalam dan nuansa pengalaman hidup.
e.   Rory Spence
Dalam sebuah artikel yang berjudul “ The Concept of Regionalism Today : Sydney and Melbourne considered as contrasting phenomena “ ( Transition : Discourse on Architecture, July 1985 ), Rory menyatakan bahwa : Regionalisme dalam arsitektur merupakan bagian dari seluruh pengarahan kembali atas kualitas hidup, sebagai penentangan terhadap penghapusan paham perluasan ekonomi dan kemajuan material dalam hal pembiayaan. Hal ini lebih memusatkan perhatian pada para pengguna bangunan daripada penyediaan perluasan ekonomi dan material. Seharusnya hal ini juga dibedakan dengan jelas dari keraguan yang berlebihan atas sebuah konsep arsitektur nasional.
f.      Chris Abe
Dalam Perubahan Regional ( The Architectural Review, November 1986 ) menyatakan bahwa :
Regionalisme berusaha untuk melihat kembali arsitektur Modernisme yang nampak, yaitu secara berkesinambungan dalam memberi tempat antara bentuk bangunan masa lalu dengan masa sekarang.
g.   Kenza Boussora  (Algeria)
Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Boussora dapat disimpulkan bahwa tujuan dari regionalisme, dalam beberapa kasus, kemunculannya tidak dapat diterapkan, karena adanya ketidaksesuaian atau ketidakcocokan antara tujuan dan hubungan secara khusus yang mana sebuah bangunan didirikan. Boussora mengambil contoh-contoh permasalahan di Algeria yang mana tidak sesuai dengan tujuan dari regionalisme. Dua diantaranya adalah seperti yang disebutkan dibawah ini:  Bagaimana untuk mencapai keselarasan (kesesuaian) dengan sumber-sumber dimana tidak mencukupi untuk merespon kebutuhan dengan cepat bagi penyediaan perluasan bangunan.
 Sebagian
Ø besar proyek digambarkan dalam literatur pada regionalisme sebagai sebuah bangunan kecil terutama bangunan individu dalam plural area. Masalahnya bahwa arsitektur modern telah mencoba untuk memecahkan permasalahan yang ada di Algeria; yaitu, bagaimana menyediakan sejumlah besar tipe-tipe bangunan yang berbeda, bagian-bagian rumah secara cepat dan rendah biaya pada penyediaannya.
h.   Tan Hock Beng
Dalam bukunya Tropical Architecture and Interiors : Tradition-Based design of Indonesia-Malaysia-Singapore-Thailand ( 1994) menyatakan bahwa : Regionalisme dapat didefinisikan sebagai suatu kesadaran untuk membuka kekhasan tradisi dalam merespon terhadap tempat dan iklim, kemudian melahirkan identitas formal dan simbolik ke dalam bentuk kreatif yang baru menurut cara pandang tertentu dari pada lebih berhubungan dengan kenyataan pada masa itu dan berakhir pada penilaian manusia. Hanya ketika kita mengenali bahwa tradisi kita merupakan sebuah warisan yang berevolusi sepanjang zaman akan dapat menemukan keseimbangan antara identitas regional dan internasional. Para arsitek perlu untuk memutuskan prinsip yang mana masih layak untuk saat ini dan bagaimana cara yang terbaik untuk menyatukan metode persyaratan untuk bangunan modern dan metode konstruksi pada umumnya.
i.     Menurut Kami
Arsitektur Regionalisme bukan hanya menggambarkan aliran arsitektur, tetapi juga Arsitektur Regionalisme sebagai perwujudan nilai suatu daerah, yang ditampilkan pada bentuk bangunan. Wujud nilai yang dimaksud tidak hanya membicarakan fisik bangunan, tetapi filosofi, seni, pengetahuan, keuletan, dan lain-lain yang menggambarkan masyarakat setempat, dapat dibaca melalui arsitektur Regionalisme.
 Pada kenyataannya ada beberapa pandangan yang jelas sekali dan ada yang tidak jelas.
Pada awalnya regionalisme telah dihubungkan pada “pandangan identitas” ( Frampton, dan Buchanan ). Pengertian ini timbul karena keterpaksaan menerima tekanan moderenisme yang menciptakan “universalisme” (Buchanan); melalaikan “kualitas kehidupan” (Spence) atau “jiwa ruang”(Yang); dan mengambil “kesinambungan” (Abel). Arsitektur tradisional tidak menyatu dalam desain moderen. Karena arsitektur tradisional mungkin memiliki karakteristik sendiri untuk setiap wilayah; menciptakan kualitas kehidupan ‘terbaik’ dalam sebuah masyarakat tradisional dan menjadi sangat responsif atas kondisi geografis dan iklim dalam suatu tempat tertentu; dan menunjukkan sebuah kesinambungan dalam hasil karya arsitektural dari masa lalu ke masa kini. Tapi bukanlah suatu cara yang sederhana untuk mengangkat arsitektur tradisional. Pengangkatan arsitektur tradisional ke dalam desain moderen membutuhkan pengertian yang luas dan terbuka atas budaya internasional (Chardirji).
Berdasarkan hal diatas arsitektur regional oleh para arsitek di atas dapat disimpulkan sebuah definisi yang lebih lengkap yang mana definisi ini dapat diterima untuk segala jaman, yaitu definisi menurut Tan Hock Beng. Berdasarkan definisi Tan Hock Beng dapat diklasifikasikan dalam 6 strategi regionalisme, yaitu :
  •    Memperlihatkan identitas tradisi secara khusus berdasarkan tempat/daerah dan iklim. 
  •    Memperlihatkan identitas secara formal dan simbolik ke dalam bentuk baru yang lebih kreatif. 
  •       Mengenalnya sebagai tradisi yang sesuai untuk segala zaman.  
  •    Menemukan kebenaran yang seimbang antara identitas daerah dan internasional. 
  •     Memutuskan prinsip mana yang masih layak/patut untuk saat ini (aktual). 
  •   Menggunakan tuntutan-tuntutan teknologi moderen, dari hal yang tradisional digunakan sebagai elemen-elemen untuk langgam modern.





Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Definition list
Consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.
Lorem ipsum dolor sit amet
Consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.